Selasa, 15 Desember 2009


SEBUAH HADIAH BAGI KRISTUS
Para pelaku
Tn. Hartawan, Ny. Hartawan, Eva Hartawan, Ny. Tunaharta, Ana, Roh Natal, Roh Abad, Orang Majus (Gaspar,Melkihor,Baltasar), Lidia, Orang kristen (1,2,3,4), Maria, Pengkotbah, Yohanes, Utusan Gereja, Gadis dusun.
Pakaian semua pakaian peran utama mengenakan pakaian moderen sesuai keadaan sekarang.
BABAK I
Waktu pada malam natal.
Tempat pada sebuah rumah orang kaya ( Orang kaya nampak duduk di sebuah kursi sambil membaca koran, anak gadisnya datang dengan membawa bonekanya, lalu duduk di bangku kecil di dekatnya. )
Eva : (Dengan lembut) “Ayah! (Ayahnya tidak memperhatikan) “Ayah.
Tn. Hartawan : (Dari balik koran) “Apa?.
Eva : “Saya ingin menanyakan sesuatu.”
Tn. Hartawan : (Dengan tidak sabar menurunkan korannya) “katakan cepat, karena ayah sangat sibuk. Ayah harus membaca berita banyak berita tentang pasar saham di koran dan sesudah itu harus banyak menulis surat dagang.
Eva : “Ayah, tahukah ayah bahwa besok adalah hari natal?.
Tn. Hartawan : “Hmm! Apakah itu saja yang ingin kau tau? Ya, Ayah tentu tahu. Ayah sudah memberikan sumbangan Natal untuk Natal kali ini. Memang ayah tahu bahwa Natal sudah dekat. Ayah akan senang bila Natal telah lewat, supaya ayah dapat bekerja seperti biasa lagi.”
Eva : “Maksud Ayah, Ayah tidak suka hari Natal? Saya tidak mengerti. Saya pikir Natal itu bagus sekali. Setiap orang bahkan perempuan miskin tetangga kita itu, kelihatan amat senang. Ada pohon Natal di hampir tiap rumah dan setiap orang memberikan sesuatu kepada orang lain. Mengapa ayah tidak menyukainya?.
Tn. Hartawan : “Oh, Ayah tidak keberatan terhadap hari natal, rupanya banyak orang bersenang-senang pada hari Natal, dan ayah juga mendapat cukup banyak hadiah. Tetapi yang paling menjengkelkan ialah bahwa Natal hampir-hampir merusak perusahaan Ayah. Semua pegawai di kantor menjadi begitu gembira sampai dua minggu sesudah dan sebelum Natal mereka tidak bekerja dengan betul-betul, mengapa gerangan Ayah harus senang.”
Eva : “Ayah mengapa harus ada Natal?”
Tn. Hartawan : (dengan ragu-ragu) “ mengapa-Mengapapa apa yang menyebabkan kau mengajukan pertanyaan itu?. Natal adalah hari raya seperti hari pahlawan dan Tujuh Belas Agustusan dan mengapa, yaitu, sebab Natal itu saja. Apakah yang menyebabkan kamu berpikir sepert itu?.
Eva : “ Anak perempuan dari tetangga kita yang miskin itu mengatakan bahwa Natal adalah hari raya seseorang. Katanya bahwa dahulu kala seorang bayi sudah lahir dan waktu itu ada sebuah bintang ajaib. Oarang –orang berdatangan dan mendapkan dia dalam palungan. Lalu berlutut menyembah Dia. Natal apakah hari ulang tahun Dia?”
Tn. Hartawan : “ Ya-ya. Maksudmu bayi Kristus itu. Hal-hal semacam itu dapat di dengar di dalam Gereja. Barangkali – ya, Ayah pikir, kamu harus ke sekolah minggu. Ayah lebih suka kalau kamu belajar dari orang disana yang bukan pengemis. Sebenarnya, kamu tidak boleh bergaul terlalu banyak dengan tetangga kita itu. Ayah harus membicarakan hal ini dengan ibumu.”
Eva : Oh, ya, betul, bayi Kristus. Kalu begitu, Ayah tahu tentang hal itu. Anak tetangga kita mengajak saya pergi ke Gereja besar dan menunjukan kepada saya gambar Kristus itu setelah dewasa. Dia menggendong seekor domba kecil dan, Ayah, wajahnya bagus sekali. Ia kelihatan baik hati,seolah-olah ia mengasihi anak-anak. (sambil berpikir) Ayah!.”
Tn. Hartawan : “ya nak.“
Eva : Bila saya berulang tahun saya mendapatkan banyak hadaiah. Apa sebabnya mereka tidak memberikan hadiah kepada bayi Kristus pada hari ualang tahunnya, sebagai ganti memberikan hadiah-hadiah kepada orang lain?”
Tn. Hartawan : ”Ayah-Ayah tidak tahu.”
Eva : Tetapi ayah mau memberikan hadiah kepada bayi Kristus bukan? Karena saya tidak dapat menikmati hari Natal jika Kristus tidak mendapatkan hadiah. Nanti Ayah akan mencari sesuatu yang dapat kita berikan kepadaNya Ayah, Ibu dan saya bukankah begitu, Ayah?”
Tn. Hartawan : (bangkit dan berjalan mondar-mandir) “ sesuatu hadiah untuk bayi Krisutus. Ayah-Ayah tidak tahu, apa yang dapat di berikan kepadaNya, nak. Lebih baik kamu melupakan saja semua omong kosong ini dan pikirkan bahwa besok kamu nersenang-senang.”
Eva : “Oh Ayah! Saya tidak dapat senang bila Dia tidak mendapatkan hadiah.”
Tn. Hartawan : “Baiklah bila itu akan membuat kamu lebih senang, Ayah akan berusaha. Tetapi Ayah tidak tahu, apa hadianya.”
Eva : (bertepuk tangan) “Oh, Ayah. Saya tahu Ayah akan berbuat itu. Dan Ayah dapat mencari sesuat untuk Dia. Ayah dan ibukan selalu memberikan sesuatu kepada kami. (sambil berpikir) tetapi, mungkin Ayah tidak dapat membeli hadiah bagi bayi Kristus di toko.”
Tn. Hartawan : “Tidak mungkin tidak bisa mendapatkan hadiah itu di toko.”
Eva : Tetapi Ayah toh sudah berjanji akan mendapatkan sesuatu. Jadi, soal itu sudah beres. Saya pikir Ayah dapat berbuat segala sesuatu.”(Ibunya masuk, siap untuk berpergian).
Ny. Hartawan : Sudah siapkah kamu sayang? Ataukah kamu lupa bahwa kita akan pergi?.”
Eva : (lompat berdiri) “Oh, hampir saya lupa. Coba Ayah terka, ke mana kami hendak akan pergi?”
Tn. Hartawan : (pura-pura berpikir) “Kebioskop”
Eva : “Tidak.”
Tn. Hartawan : “Menjenguk salah seorang temanmu?”
Eva : “Lebih bagus dari itu. Ke suatu tempat yang belum pernah saya kunjungi. Anak miskin di sebelah itu sudah ke sana dan saya memberitahu Ibu dan Ibu hampi menangis, lalu ibu mengatakan bahwa kita akan pergi juga.”
Tn. Hartawan : “Ayah tidak bisa menerka. Kamu harus beritahu Ayah. Ke mana?”
Eva : (dengan gembira sekali) “Ke Gereja.”
Ny. Hartawan : “Ya saya telah berjanji akan pergi ke Gereja. Dia ingin lihat gambar Bayi Kristus lagi. Dan saya ingin pergi. Sebelum kita menikah saya bisa ke Gereja. Saya pikir barangkali kamu pergi juga.”
Tn. Hartawan : (dengan ragu-ragu) “Saya tidak bisa ikut malam ini, banyak surat yang harus saya tulis. Natal tidak berarti libur bagi saya.”
Ny. Hartawan : (kecewa) “Tidak apa. Saya pikir kamu tidak akan pergi. Tetapi kita pernah ke Gereja, pada hari Natal setelah kita kawin dan itu indah sekali. Tetapi rupanya kamu harus bekerja. (kepada eva) Mari, nak. Dan oh! (menoleh kembali kepada suaminya) Perempuan di sebelah itu amat miskin. Saya pikir, kita dapat membantunya sedikit, karena kamulah pemilik rumah itu, berikan saja sewanya untuk bulan ini sebagai hadiah Natal.”
Tn. Hartawan : (menggeleng-geleng kepalanya) “saya tidak suka berbuat itu. Itu merugikan perusahan saya. Rupanya dia tidak terlalu miskin, karena dia selalu membayar uang sewa.
Ny. Hartawan : “Baiklah. Kamu mengetahui mana yang lebih baik. Barangkali kamu akan mendengar rombongan penyanyi dari Gereja malam ini. Saya baca dalam koran bahwa mereka akan berkeliling.”(masuk) (setelah istri dan anaknya pergi, Tn. Hartawan duduk di meja tulis dan mulai menulis. Meletakkan pena, lalu bangun dan berjalan dengan gelisa.)
Tn. Hartawan : “Apa yang terjadi dengan saya! Malam ini saya tak dapat menulis surat. Apa sebabnya omongan seorang anak menggelisahkan saya? Betapa bodohnya janji yang saya buat itu! Satu hadiah untuk bayi Kristus! itu menimbulkan hal-hal yang telah bertahun-tahun tidak saya pikirkan-ibuku yang duduk di tempat duduk keluarga kami di gereja bertahun-tahun yang lalu dan air mata yang mengalir pada pipinya karena cerita Natal dan malam itu ketika Gereja setelah menika. Ah, saya tidak mau memikirkan itu lagi! (duduk kembali) Saya harus menyelesaikan surat-surat itu.”
Rombongan penyani dari luar mula-mula pelan kemudian menjadi keras. (Tn. Hartawan mendengarkan dengan menyandarkan kepalanya di kursi. Pada waktu nyanyi itu berakhir, ana yang miskin masuk dengan takut-takut. Tn. Hartawan cepat-cepat bangkit. Ana berbicara)
Ana : “Pintu terbuka, lantas saya masuk.”
Tn. Hartawan : “Siapakah kamu dan apa yang kamu cari?”
Ana :”Sst! Mungkin mereka akan menyanyi lagi.”
Rombongan menyanyikan malam kudus.
Ana : “Nyanyian itu indah sekali bagaikan malaikat-malaikat sedang menyanyi disurga, bukan ? serasa kami benar-benar berada di dekat palungan, bukan? Saya ingin sekali berada di sana, tidakkah tuan juga merasa begitu? Tetapi ibu saya mengatakan bahwa sekarang kita juga dapat menyembah Dia dan memberikan hadiah kepada Dia, seperti orang-orang pada jaman dahulu.”
Tn. Hartawan : “Oh, kamu gadis kecil yang tinggal di rumah sebelah.”
Ana : “Ya, dan tuan adalah ayah yang manis dan sangat baik hati yang dia ceritakan. Tuan dapat berbuat segala apapun, bukan? Eva katakan begitu. Lalu, saya pikir mungkin tuan dapat memberi tahu apa yang harus saya lakukan, sebab saya tidak mempunyai ayah.”
Tn. Hartawan : “Tidak, nak, saya sama sekali tidak manis, dan tidak baik hati. Apakah anak saya sunguh-sungguh mengatakan begitu?”
Ana : “Betul. Sebab itu barangkali tuan dapat memberitahu saya cara untuk menghilangkan warna pujat pada wajah ibu saya dan keletihan dalam matanya.”
Tn. Hartawan : “Menghilangkan ......................berbuat apa?”
Ana : “Ia selalu kelihat begitu pucat dan capai. Dan kadang-kadang ia jatuh saat bekerja. Apa yang dapat saya lakukan untuk menolong dia? Saya pikir barangkali tuan bisa meminta kepada Dia. Tuan begitu manis dan baik hati. Dan pasti akan mendengarkan tuan.”
Tn. Hartawan : “Minta siapa? Siapa yang kamu maksud?”
Ana : “Oh, tentu saja Allah, yaitu Bapa yang penuh kasih dari bayi Kristus. Dia dapat menolong ibu saya. Tuan dapat berdoa kepada Dia. Tuan mau bukan?”
Tn. Hartawan : “Saya-saya berdoa?”
Ana : “Ya katakan saja tuan mau berdoa.”
Tn. Hartawan : “Saya akan-saya akan coba.”
Ana : (dengan gembira) “Kalau begitu, semua beres. Oh ini Ibu.”
Ny Tunaharta : (keluar) “Oh, Ana, apa yang kamu lakukan di sini? Ibu sudah keliling mencari kamu. Tuan maafkan dia telah menggangu tuan!”
Ana : “Saya membawa gambar itu, Ibu, untuk Eva. Lihat, saya membelikan dengan uang simpan saya. Tolong, letakkan di pohon untuk dia. (memberikan sebbuah bingkisan tipis kepada Tn. Hartawan ). Tuan juga melihatnya. Sekarang saya harus pergi. Ya, Ibu, saya datang.”
Ny Tunaharta : “Mohon maaf dia. Dan saya akan mengirimkan uang sewa besok. Mafkan sebab malam ini saya tidak bisa membayarnya.”
Tn. Hartawan : (dengan rasa malu) “Tidak perlu buru-buru. Sewaktu-waktu-eh besok.” (mereka masuk. Setelah berjalan mondar mandir, Tn. Hartawan membuka bingkisan itu, lalu di angkat dan di pandangnya. Bila lampu-lampu di padamkan, dan gambar kristus memeluk seekor domba di perlihatkan di dinding).
PADUAN SUARA
BABAK II
(Roh Natal kelihat berdiri di samping dengan kepala tertunduk seolah-olah dalam kesedihan. Tn. Hartawan mengangkat kepalanya pelan-pelan dari lengannya, dan seketika memendang Roh itu tanpa berkata apapun).
Tn. Hartawan : “Saya rasa ada orang di dalam kamar ini. Siapakah kamu dam mengapa kamu bersedih?”
Roh : “Di dunia saya di kenal sebagai Roh Natal. Telah bertahun-tahun lamanya saya selalu susah pada hari Ulang Tahun Kristus”.
Tn. Hartawan : (kebingungan) “Tetapi Natal pada waktu yang gembira, bila seluruh dunia lupa akan kesukaan dan kekuatirannya dan sekalian bersenang-senang. Apa sebabnya justru kamu, yakni roh Natal. Menjadi susah pada hari sedemikian ini?”
Roh : (mengeluh) “Perkataanmu memeng benar. Dunia memeng lupa akan kesukaran dan kekuatirannya dan sekaliannya bersenang-senang. Dan Dia yang berulang Tahun, yang telah meninggalkan rumahnya di surga, serta datang ke dunia agar manusia beroleh kehidupan, Dia itu di lupakan. Tidakkah saya harus berdukacita juga dia berdukacita karena manusia lupa padaNya? Roh-roh lain telah merebut tempat saya, dan saya, Roh Natal yang benar, terkubur di sejumlah besar pesta pora yang kosong dan hadiah-hadiah yang mati. Oh, andaikan saja saya dapat kembali kepada milik saya dan hati manusia diisi lagi dengan kasih Allah! Jika demikian barulah terjadi Natal yang sesunggunya, dan nama Kristus tidak akan dilupakan pada hari ulang TahunNYa.”
Tn. Hartawan : “Sungguh menyedihkan. Saya belum pernah memikirkan hal itu.”
Roh : “dan inilah yang paling menyedihkan yakni besok saya harus kembali kepada Raja dengan hadiah-hadiah dari anak mannusia pada hari ulang tahunNya. Tetapi tangan saya akan kosong. Memeng, ada beberapa hadiah yang akan menyenangkan hatiNya, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan tidak mewah. Saya harus mengulurkan tangan kepadanya dengan rasa malu dan menundukan kepala agar saya tidak melihat kesedihan pada wajahNya.”
PADUAN SUARA
Roh : “Saya telah mencari kemana-mana, ke rumah-rumah besar dan ke gubuk- gubuk, ke jalan-jalan raya dan ke lorong-lorong, dan dalam semua tempat di kota besar ini. Saya hanya menjumpai seorang yang lebih mengutamakan Kristus pada hari ualang tahunNya dari pada dirinya sendiri.”
Tn. Hartawan : “Kamu menemukan seseorang?”
Roh : “Hanya seseorang.”
Tn. Hartawan : (bangkit ingin tahu) “ Tetapi kamu tidak akan kembali dengan tangan kosong. Saya telah janji kepada anak saya sore ini bahwa saya akan memberi sesuatu hadiah kepada Bayi Kristus. Saya memiliki sediki kekayaan dan saya senang mengisi tangan –tanganmu.”
Roh : “Kamu tidak mengerti apa yang kamu katakan. Emas dunia akan lebur menjadi uap, jauh sebelum saya sampai tempat tujuanku. Untuk di letakkan di hadapan tahta Allah di perlukan sesuatu yang lebih berharga dari emas.”
Tn. Hartawan : “Saya mengerti maksudmu. Kamu menghendaki pikiran atau perbuatan atau niat yang mulia. Saya akan memberikan hal itu kepadamu. Saya akan membangun sebuah rumah sakit atau sebuah Gereja dalam kota ini dan itu tentu akan menjadi hadiah yang layak.”
Roh : “Oh, sang Raja memang mencintai pikiran dan perbuatan yang mulia, tetapi itupun tidak kamu mengerti? Itupun akan tampak jelek dan buruk dalam pemandangan Allah. Kamu memiliki begitu banyak kekayaan. Tidak, perbuatan itu sendiri tidak merupakan hadiah yang layak bagi sang Raja.”
Tn. Hartawan : “Saya masih belum mengerti. Saya-saya takut , saya tidak dapat menepati janji saya.”
Roh : “Tunggu! Ada sesuatu yang hendak saya tunjukan kepadamu. Kita akan menyaksikan peristiwa-peristiwa dari abad yang lalu pada malam ini. Marilah, Roh Abad berbicaralah pada hati yang sudah lalai dan dingin.”
(Roh Abad keluar) Paduan suara
Roh : (membentangkan tangannya ke arah penonton) “Dengrlah, hai sekalian yang belum pernah mendengar nyanyian para malaikat. Hai kalian, yang mengangap Natah hanya sebagai satu hari untuk pesta dan bersukaria, dengarlah akan sebuah cerita mengenai kasih, pengorbanan, dan pelayanan yang muncul dari gema masa lampau. Dan kamu yang belum pernah melihat kemulian sebuah bintang yang memimpin, kamu yang buta akan nilai kekal dari kehidupan, tengoklah satu penglihatan mengenai mereka yang rela mengatakan , “Tuhan, kami telah meninggalkan semuanya dan mengikut engkau.” (masuk)
Lagu hai orang majus
Baltasar : “Ah, sebelum berjalan terus, marilah kita beristirahat sebentar di sini. Apakah kamu tidak capai, Melkihor? Perjalan kita sangat memenatkan dan sekarang, tak lama lagi kita akan sampai ke tempat tujuan.”
Malkihor : “Dan apa yang harus kita lakukan bila kita tidak menjumpai Dia! Kita telah meninggalkan semua milik kita segala apapun yang sangat berharga bagi kita, untuk mencari Dia yang lahir sebagai Raja orang Yahudi. Tetapi kita harus menemukan Dia. Pastilah kerinduan yang besar dalam hati kita pada akirnya harus dipuaskan-akan tetapi.....”
Gaspar : “Melkihor, melkihor, apa sebabnya kamu ragu-ragu? Bukankah kita telah melihat bintangnya di sebelah timur (tangannya menunjuk ke langit)? Bukankah ia telah memimpin seluruh perjalanan kita, melalui puncak gunung dengan susah paya, melewati gurun pasir yang melelahkan, dan melalui hutan yang gelap? Yah, kita akan datang di hadapan Raja baru itu dan sujud menyembah Dia serta mempersembahkan hadiah kepadaNya harta milik kita yang terbaik kita persembahkan kepadanya-saya, Emas.”
Malkihor : “Dan saya Kemenyan.”
Baltasar : “Dan saya Mur. Ya, pasti kita menemukan Dia.”
Gaspiar : (menunjuk dengn perasaan yang melup-luap) “Lihat! Bintang itu tidak bergerak lagi! Dan sesuatu telah memberi tahu saya , ya, saya tahu, kita akan menemuakan Dia di sana.” (semua memendang dengan kerinduan yang sangat besar)
Baltasar : “Mari kita pergi menyembah Dia. Dan bila kita telah mempersembahkanhadiah kita pada kakinya kita akan kembali ke negri kita sambil memberitakan namaNya dan cahayanya hadiratNya ke tempat-tempat yang gelap.”
PADUAN SUARA (Orang Majus)
Roh : “ Emas lambang kemulian duniawi; kemenyan, lambang penyembahan; dan mur , lambang pengorbanan. Mereka meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti sebuah bintang menuju palunganNya. Apakah kamu mempunyai hadiah yang setara dengan hadiah mereka.”
Tn. Hartawan : (dengan malu) “Tidak-tidak. Apakah arti emasku atau perbuatan baikku yang dapat saya lakukan di samping hadiah-hadiah semacam ini?”
Roh : (merentangkan tangannya) “Hai kamu sekalian yang menghabiskan hari Natal dalam kesenangan, dengan di kelilingngi hiburan dan kesukaan, dengarlah akan cerita tentang seorang kristen dari jemaat mula-mula, yang hidup dalam masa dimana orang yang mengikut kristus harus sungguh-sungguh menempuh jalan salib.” (masuk)


Kisah jemaat kristen mula-mula. (paduan suara)
(seorang perempuan duduk di salah satu kursi. Tiga orang kristen lainnyadari jemaat mula- mula masuk satu persatu)
Orang Kristen 1 : (duduk) “Akirnya sampai juga kita. Yakinkah kamu bahwa tak ada orng yang melihat kita masuk ke sini? Kematian mengintai di jalan-jalan kota Roma malam ini bagi barang siapa yang menyebut dirinya orang Kristen. Barangkali kita seharusnya berkumpul di tempat lain untuk berbakti.”
Orang Kristen 2 : “Perkataanmu tidak tepat bagi aorang yang memakai nama kristus. Apakah kita yang telah menyaksikan kawan-kawan dan kaum keluarga kita mati terbakar sebagai obor-obor dalam taman-taman istana kaisar, menyaksikan mereka di gergaji dan di carik-carik oleh binatang buas di gelanggang Roma, apakah kiata akan gentar dan takut di hadapan begitu banyak saksi?”
Orang Kristen 3 : “Oh, maria, sudahkah kau tau mendengar berita tentang Lidia?”
Orang Kristen 4 : (yang pertama-tama berada dalam ruangan itu) “Tidak, tidak, jangan mengatakan bahwa ia dalam bahaya atau mengalami kesusahan. Saya mencintai dia seperti anak sendiri.”
Orang Kristen 3 : “Ya kiranya Allah mengasihi dia-tetapi dia-jangan melihat begitu Maria.”
Orang Kristen 1 : “Bagaimana orang dapat sekejam itu! Ia masih muda sekali dan hidupnya tak bercela dan tak bersalah! Mengapa mereka tidak memilih seseorang seperti saya misalnya!”
Orang Kristen 3 : “Dengarlah, Teman-teman . siapa datang!”
Orang kristen 2 : “Allah kasianilah kita jika itu prajurit Roma.”
(Lidia masuk sambil membuka tudung mukanya)
Orang Kristen 4 : (bangkit dan membentangkan tangannya) “Lidia.”
Lidia : “Ya, saya datang. Dan kiranya berkat kristus beserta kamu.”
Orang Kristen 1 : “Lidia! Anakku! Benarkah berita itu? Mereka mengatakan...”
Lidia : “Benar saya harus menderita sakit karena nama Dia yang telah benyak menderita untuk keselamatan kita. Saudara-daudaraku yang kekasih, berita ini benar.”
Orang Kristen 2 : “Tidak, tidak bisa! Cukuplah mereka mengmbil ibumu dan saudara-saudaramu dan membunuh mereka! Kapankah itu akan terjadi, Lidia sayang?”
Lidia : “Saya tidak tahu . tetapi nama saya yang terdahulu pada daftar, dan jika itu harus terjadi, saya harap akan di lakukan besok.”
Orang Kristen 1 : (bangkit) “Lidia! Tidak dapatkah kita menyelamatkan kamu? Pastilah bukan kehendakNya bahwa seseorang yang begitu muda dan tidak bercela seperti kamu harus mati! Mungkin mereka akan membakar kamu hidup-hidup. Mungkin mereka akan menyerahkan kamu pada binatang buas untuk di carik-carik. Mari! Kami akan melarikan diri bersama kamu untuk menyelamtkan kamu!”
Lidia : “Ssst! Jangan mengusulkan demikian. Apakah penderitaan dunia ini bila dibandingkan dengan kemuliaan yang kekal? Jika saya dapat melayani Dia sebaik-baiknya demi memberikan nyawa saya karenamaNya, tidakkah saya akan bergembira sebab saya dapat mengikuti jejakNya sampai mati? Sedikit sekali yang dapat saya lakukan dalam kehidupan ini bagi Dia. Saya bersyukur kepada Allah sebab saya boleh menjadi seorang saksi bagi dia sampai mati. saya senang sekali sebab besok adalah hari Natal, karena semua itulah yang dapat saya berikan untuk hadiah ulang tahun Sang Raja. Saya berikan kehidupan saya kepada Dia. Mari, kita berlutut dan mengucap syukur kepada Tuhan segala yang hidup.” (semua berlutut dan roh abad datang hadir di belakang mereka serta mengeluarkan tangannya untuk memberikan berkat.)
Roh Abad : “sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat maupun pemerintah, baik yang ada sekarang maupun yang akan, atau kuasa-kuasa, baik yang diatas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makluk lain, tidak akan dapat memisakan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. ‘setialah engkau sampai mati dan aku akan memberi engkau mahkota hayat itu’”.
PADUAN SUARA
Roh : “Begitulah seharusnya roh setiap orang yang sungguh-sungguh ingin di sebut orang kristen. Apakah kamu tidak mempunyai sesuatu untuk di persembahkan, yang berharga sama seperti kurban orang kristenyang mula-mula ini?”
Tn. Hartawan : “Tak ada, tak ada sungguh , betapa mementingkan diri sendiri dan tak berharga kehidupan saya ini!” (roh Abad nampak di tengah-tengah belakang layar.)
Roh Abad : “Dengarlah, kamu yang mengasihi dirimu lebih dari orang lain, dan kamu, pengkotbah-pengkotbah yang tak pernah belajar berkorban, dengarlah sebua cerita tentang seorang seabad yang lalu keluar dari kehidupan yang menyenangkan untuk mengabarkan Injil Yesus kepada orang-orang yang menderita suatu penyakit yang mengerikan yang belum pernah di kunjungi orang asing.”(masuk)
(Damien si pengkotbah, tampak sedang berjalan hilir mudik sambil berpikir-pikir sementara temannya duduk di sebelahnya)
Damien : “ saya sudah mengmbil keputusan. Saya tak dapat menhhindarkan diridari berita mengenai orang-orang malang yang sedang menghadapi kematian tanpa kristus. Saya harus memberitakan Injil kepada para penderita kusta itu.”
Yohanes : “Tidak! Damien, jangan, kamu tidak boleh berbuat itu. Sekarang kamu sedang mengerjakan suatu pekerjaan luar biasa. Pergi kesana bearti mati.”
Damien : “Tidak saya telah memikirkan dengan sungguh-sungguh. Saya telah memutuskan bahwa tak ada yang lain dalam hidup ini yang lebih berharga untuk dipersembahkan kepada Bapaku yang di sorga.”
Yohanes : “Tetapi bagaimana dengan bakat kefasihan lidahmu? Pemberian apakah yang lebih mulia yang dapat kau persembahkan kepada Tuhan besok, selain dari pada suatu kotbah yang akan mempengarui ribuan hati untuk berpaling kepadanya?”
Damien : “Saya tidak dapat berdiri di mimbar lagi dan puas dengan usaha manusia untuk mempenngaruhihati manusi dengan kefasihan lidah. Hidup manusia yang penting, temanku. Orang lain dapat menyusun kata-kata menjadi kalimat yang lebih sedap di dengrkan;’ orang lain lebih layak dari pada saya untuk menduduki tempat saya. Saya akan pergi ke sebuah tempat yang tak ingin di masuki orang lain, dimana korban penyakit mengerikan dianggap sebagai sampah masyarakat dalam sebuah negri yang belum pernah dikunjungi orang lain, tanpa kenikmatan hidup, tak seorangpun yang memberitahu mereka mengenai seorang Tabib yang dapat menyembuhkan jiwa mereka. Saya akan melayani mereka dan hidup bersama mereka, menderita kepedihan dan siksaan tubuh mereka sebagaimana Tuahan telah menderita siksaan jiwa. Ini akan menjadi hadiah Natal kepada Tuhan yang saya cintai.”
Yohanes : “Tetepi penyakit kusta! Penyakit itu sangat menjijikan dan dahsyat. Tidak ada pengobatan untuk itu. Hanya kematian yang perlahan-perlahan dapat diharapkan. Sungguh mengerikan!”
Damien : “Tidakkah kehidupan Tuhan kita dengan pasti dan nyata menuju kepada jalan ke salib? Barangsiapa yang kehilangan nyawa oleh karena Aku dan karena Injil ialah akan memelihara nyawanya. Saya lebih suka menderita kusta jasmani dari pada kusta rohani. Dan setiap orang yang hidup bagi dirinya sendiri ialah seorang yang berjiwa kusta. Tidak, Tuhan memenggil saya dan saya harus pergi.”
Paduan suara
Roh Abad : (kelihatan di tengah belakang layar) “hai kamu sekalian, sekalian yang mengaku kristen bukalah hatimu mendengar cerita tentang seorang gadis kecil yang membawa kepada seorang utusan Injil sebuah hadiah yang berkenen kepada Tuhannya.”
(seorang utusan Injil berdiri ditengah tengah panggung bersama seorang gadis afrika yang sedang berlutut di hadapannya dengan muka sedih)
Utusan injil : (menggakat sebuah uang) “Tetapi bagaimanakah kamu membawa sebanyak ini, nak? Semua orang kristen membaha hadiah-hadiah untuk hari Natal. Tapi wah.. , harga mata uang ini jauh lebih besar dari semua hadia itu. Saya tahu kamu lebih mencintai kristus dari pada semua harta dunia ini, tetapi kamu-kamu tahu bahwa kita tak boleh membawa kepadanya hadiah-hadaih yang diperoleh dengan tidak jujur”
Gadis kecil : (menengadah sambil mengatupkan tangannya) “Tetapi tuan, uang ini milik saya, saya tidak mencuri! Saya terlalu cinta Dia untuk mencuri.”
Utausa injil : “Lalu bagaimana saya tidak mengerti.”
Gadis kecil : “Oh, haruskah saya menceritakan kepada tuan? Jangan marah. Saya sangat mencintai Dia, sebab itu saya harus berbuat ini. Oleh karena Ia telah berbuat banyak kepada saya. Saya pergi-saya pergi ke pemilik perkebunan dan saya menjadi budaknya.”
Utusan Injil : “Seorang budak! Kamu menjual dirimu sebagai seorang budak untuk membanting tulang di ladang seperti seekor binatang! Untuk berapa lama, nak?”
Gadis kecil : “Ah tuan-untuk seluruh hidupku.”
Utusan Injil : “Oh anakku, sebesar itukah kasihmu kepada Dia? Terjual sebagai seorang budak seumur hidupmu, supaya kamu dapat membawa kepada sang raja mata uang yang nilainya sedikit di negara saya. Oh Tuhan atas segala manusia, (memendang penonton sambil mengangkat tangannya) kalau saja hati seluruh pengikutmu di seluruh dunia ini dapat mencapai sepersertus dari kasih semacam ini!”
PADUAN SUARA
Tn. Hartawan : “Cukuplah jangan tunjukan lagi kepada saya. Saya tak dapat menahannya. Mereka telah berbuat begitu banyak-begitu banyak.”
Roh : (mengankat tangannya) “Hanya satu lagi. Saya sudah ceritakan kepadamu, bahwa dialah satu-satunya dalam kota besar ini yang membawa hadiah yang berkenan kepada Sang Raja.”
Tn. Hartawan : “Apakah di datang kemari? Pastilah dia salah satu pendeta dari salah satu gereja.”(Roh abad nampak di tengah-tengah layar.)
Roh : (mengangkat tangannya menghadap penonton) “Dengarlah hai sekalian yang tak mempedulikan perkara-perkara Allah, kamu yang menggap hari ulang tahunKristus seperti satu hari untuk menyukakan diri: dengarlah akan cerita mengenai seorang yang membawa pemberian yang berkenan kepada sang Raja. Banyak orang di dunia dewasa ini yang membawa hadiah-hadiah yang bagus kepadaNya-banyak orang dari bermacam-macam suku dan kepercayaan yang telah menyerahkan diri untuk melayani Dia-tetapi sedikit, hanya sedikit sekali yang menyerahkan segala sesuatu untuk mengikut Dia. Dengarlah cerita itu dan perhatikan penglihatan mengenai seorang janda miskin yang seperti perempuan pada jaman dahulu, telah memberikan semua miliknya.” (masuk)
(Ny. Tunahara nampak duduk dengan sedikit jahitan, anak perempuannya berlutut di sampingnya.)
Tn. Hartawan : (dengan heran) “Wah dialah perempaun miskin yang tinggal di sebelah rumah.”
Ny. Tunaharta : “sayangku besok hari Natal. Kita harus bersuka cita dan berbuat baik, karena itulah hari ulang tahun Bayi Kristus.”
Ana : “Apakah pekerjaan Ibu hampir selesai? Sudah larut malam dan kita harus menyanyikan nyanyian-nyanyian Natal sebelum pergi tidur.”
Ny. Tunaharta : (membereskan pekerjaannya) “Ya, akhirnya semua selesai. Besok pagi ibu akan membawanya ke toko dan akan mendapatkan sedikit uang, cukup untuk membayar sewa. Tetapi sebenarnya ibu berharap.....”
Ana : “Apa yang Ibu harapkan?”
Ny. Tunaharta : “Ibu harap akan mendapatkan sedikit lebih tahun ini supaya dapat memberi kepada seseorang yang lebih miskin dari kita. Tetapi dua peser seperti yang dimmiliki janda oleh janda miskin dalam Alkitab itupun Ibu tidak mempunyai. Ibu selalu berusaha berbuat sesuatu untuk Kristus pada hari Natal-yaitu semacam pemberian ulang tahun. Tetapi tahun ibu pikir akan ada uang sedikit untuk persembahan Natalyang bisa mereka ambil setiap tahun untuk orang-orang miskin. Sebenarnya akan ada uang kalau tuan itu tidak menaiak sewa rumah. Dan ibu juga ingin membelikan sebuah boneka kecil untuk kamu.”
Ana : (melompat dan memluk Ibunya) “jangan Ibu, Jangan susah hati. Saya tidak menginginkan boneka. Sekarang kan bukan hari ulang tahun saya. Dan saya pikir-ya, saya tahu, ada sesuatu yang dapat Ibu berikan untuk Bayi Kristus.”
Ny. Tunaharta : “Apa maksudmu?, apa itu nak?”
Ana : (mengatupkan tangannya) “Tidakkah ibu ingat akan cerita samuel kecil dalam Alkitab-bagaimana ibunya menyerahkan dia kepada Allah dan membirkan dia hidup bagi tuhan seumur hidupnya?”
Ny. Tunaharta : “Ya Ibu ingat!”
Ana : “Nah, Ibukan bisa memberikan saya kepada Allah sama seperti yang dilakukan ibu itu dengan samuel? Ibu dapat memberitahu Tuhan bahwa Dia dapat mengambil saya sekarang, jika Dia mau (perempuan itu memeluk anaknya) Tetapi jika Dia tidak menginginkan saya sekarang, Ibu dapat menahan saya sedikit waktu dan menyiapkan saya untuk berbuat sesuatu bagi Dia. Lalu, barangkali saya dapat pergi ke tempat-tempat yang jauh, yaitu kepada orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Bayi Kristus dan memberitakan kepada mereka betapa Dia mencintai mereka. Ibu tidak akan susuah hati bukan, kalau saya pergi, sekalipun anadaikata saya tak dapat kembali lagi.”
Ny. Tunaharta : (tertegun bagaikan melihat satu penglihatan) “Tidak sayang, tidak-Ibu senang kamu pergi walaupun andaikata kamu tidak akan pulang lagi.”
Ana : “Ibu suka memberikan saya kepeda Dia sekarang bukan, Bu, jika Dia menginginkannya?”
Ny. Tunaharta : (pelan-pelan menundukan kepalanya di atas anaknya) “Ya, Sayang, jika Tuhan menghendaki, Ibu akan dengan senang hati-Ibu akan memberikan kamu kepadad Dia sekarang. Dan itu akan terjadi sebagaimanan katamu. Kamu sajalah yang ibu miliki yang dapat Ibu berikan KepadaNya.”
LAGU / PADUAN SUARA
(Tn. Hartawan merebahkan kepalanya diatas meja dan penuh tanda tanya roh memandang kepadanya. Pelan-pelan Tn. Hartawan mengangkat kepalanya)
Tn. Hartawan : “Hanya satu hal yang dapat saya persembahkan kepadaSang Raja pada hari Natal dan itu sungguh tak berarti di samping semuanya ini. Tetapi itulah yang terbaik dari milik saya yang dapat saya berikan. Saya memberikan hidupku ini kepadaNYa.”

BABAK III
Tuan Hartawan sedang duduk seperti sebelumnya
PADUAN SUARA/LAGU
(Tn. Hartawan mengagkat kepalanya, ketika nyanyian berhenti, ia melompat berdiri)
Tn. Hartawan : “Apakah arti dari semuanya ini, sekarang sudah pagi hari, dan saya pasti tertidur di sisni sepanjang malam, pasti, saya telah bermimpi dan mimpi itu sungguh luar biasa! Apakah hari ini, ya inilah pagi Natal.”
Eva : “Selamat hari natal Ayah! Lihatlah semua mainan saya!”
Tn. Hartawan : “Jadi hari ini sungguh hari Natal?”
Eva : “Sudah tentu ini hari Natal!. (ia meletakkan mainannya di atas kursi, lalu memegang tangan Ayahnya) Ayah, apakah Ayam menemuakan hadiah untuk Bayi Kristus? Saya tak bisa senang menerima begitu banyak hadiah, sedangkan Dia dia tidak mendapatkan apa-apa. Apakah aya menemuakan sesuatu?
Tn. Hartawan : “Ya nak, Ayah menemuakan sesuatu untuk di berikan kepadaNya, sesuatu yang kita semua dapat memberikannya.”
Eva : “Apa Ayah katakan cepat!”
Tn. Hartawan : “Kiata akan memberikan hati kita kepda Dia, diri kita, kehidupan kita dan selalu mengijjinkan Dia berbuat sesuai dengan kehendakNya.”
Eva : “Tatapi saya telah memberiukan hati saya dulu, ketika saya pergi ke Gereja bersama anak perempuan sebelah dan melihat gambarNya yang indah, dan seekor domba dalam pelukannya.”
Tn. Hartawan : “Sudah kah kamu berbuat itu, kalau begitu kamu dapat memberikan hati tang lain kepada Dia. Karena jika bukan karena kamu ayah tidak akan mencintai Dia.”
Eva : “Oh, Ayah,saya pikir Ibu juga mempunyai hadiah untuk Bayi Kristus-seperti hadiah kita. Saya melihat itu dalam pandangan saya ketike ibu melihat gambar itu. Oh Ayah saya ingin memberikan banyak lagi kepada Dia. Menurut ayah apakah Tuhan akan senang jika saya memberikan setengah mainan saya kepada anak sebelah?”
(Ny. Hartawan Keluar)
Ny. Hartawan : “Selamat hari Natal!!!”
Tn. Hartawan : “Selamat hari Natal-hari Natal yang berbahagia sayang.”
Eva : “Oh Ibu.”
Ny. Haratwan : “Sst..”(mendiamkan anaknya) “Perempuan sebelah rumah datang untuk membayar uang sewa.”
Tn. Hartawan : “Minta dia masuk.” (Ibu keluar dan kembeli bersama perempuan itu)
Ny. Tunaharta : “Inilah sewanya tuan, maafkan saya, sebab bulan ini agak terlambat.
Tn. Hartawan : “Baiklah untuk kali ini.” (Ia duduk di meja tulisnya dan menulis kuwitansi, sementara Ana dengan penuh rindu memandang boneka di kursi dan Eva termenung melihat bonekanya. Beberapa saat kemudian Eva memilih boneka terbesar, lari lalu meletakan boneka itu ke tangan gadis kecil itu)
Eva : “Saya ingin memberikan ini kepadamu, dan ini merupakan hadiah pertamaku untuk kamu.”
Tn. Hartawan : (menyerahkan kwitansi dan uangnya kembali) “Dan ini hadiah natal saya yang pertama untuk nyonya”
Ny. Tunaharat : “Tetapi tuan mengembalikan uang saya, dan di kwitansi ini tertulis dua bulan.”
Tn. Hartawan : “Ini hanya sedikit saja, sudah bertahun-tahun Allam memberkati saya berlimpah-limpah dan sekaranglah saatnya saya memberikan sesuatu kepadanya. Di samping itu apakah artinya semuanya ini di bandingkan dengan korban-korban yang tak terhingga jumlahnya, yang telah di persembahkan orang lain pada segala abad? Syukurlah sebab saya telah sadar sebelum terlambat, agar bagian yang terbaik dalam kehidupan saya dapat di gunakan dalam pelayananNya. Mari! Sekarang pagi Natal. Mari kita sekalian pergi bersama-sama ke Gereja. Ya, saya sungguh bermaksud demikian. Kita sekalian akan pergi dan menyembah Sang Raja pada hari ualang tahunnya. Dan barangkali, seperti orang majus pada zaman dahulu, kita dapat mempersembahkan beberapa hadiah kepadaNya.”

MUSIK DI MAINKAN SEMENTARA PARA PELAKU MENGGAMBIL TEMPAT DI PANGGUNG, MARIA DAN BAYI KRISTUS DI PERLIHATKAN DI TENGAH, DENGAN SEMUA PELAKU MEMBENTUK SETENGAH LINGKARAN MENGELILINGI MARIA, ROH ABAD DAN ROH NATAL MERENTANGKAN TANGANNYA MEMBERIKAN BERKAT YANG LAIN BERLUTUT DENGAN KEPALA TERTUNDUK. LAGU SELAMAT HARI NATAL DI KUMANDANGKAN

Tidak ada komentar: